Minggu, 04 Januari 2015

ISU ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI

Nama                    : Fitri Oktaviani
NPM                     : 22211922
Kelas                    : 4EB08



ISU ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI

A.    Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Berikut ini merupakan berberapa contoh upaya perusahaan/organisasi dalam menghindari benturan kepentingan :
1.  Menghindarkan diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
2.  Mengusahakan lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemupukan.
3.  Menyewakan properti pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemeliharaan.
4.  Memiliki bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.
5.  Menghormati hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja, yang sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas dari benturan dengan kepentingan.
6.  Mengungkapkan dan melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-kegiatan di luar pekerjaan dari perusahaan, yaitu:
·      Kepada atasan langsung bagi karyawan,
·      Kepada Pemegang Saham bagi Komisaris, dan
·      Kepada Komisaris dan Pemegang Saham bagi Direksi.
7.  Menghindarkan diri dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan maupun non-keuangan pada organisasi / perusahaan yang merupakan pesaing, antara lain :
·      Menghindari situasi atau perilaku yang dapat menimbulkan kesan atau spekulasi atau kecurigaan akan adanya benturan kepentingan.
·      Mengungkapkan atau melaporkan setiap kemungkinan (potensi) benturan kepentingan pada suatu kontrak atau sebelum kontrak tersebut disetujui.
·      Mengungkapkan atau melaporkan setiap kemungkinan (potensi) benturan kepentingan pada suatu kontrak atau sebelum kontrak tersebut disetujui.
8.  Tidak akan memegang jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi lain di luar perusahaan dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulisdari yang berwenang.

B.    Etika Dalam Tempat Kerja
1.        Pahami Aturan Tak Tertulis di Tempat Kerja
Selain peraturan yang sudah baku, ada sejumlah aturan tak tertulis atau etika yang juga membantu interaksi sehari-hari di tempat kerja berjalan mulus. Meski tak tertulis, etika ini merupakan faktor yang berpengaruh pada prestasi kerja Anda. Bukankah kalau merasa nyaman dengan rekan-rekan kerja, merasa betah hingga menganggap kantor sebagai rumah kedua, tanpa disadari kita akan senantiasa terpacu untuk menunjukkan kinerja terbaik? Dengan memahami dan mengaplikasikan etika, kita juga pasti akan lebih diterima di lingkungan.
2.        Tepat Waktu
Selalu mengupayakan segalanya tepat waktu sangatlah penting. Kebiasaan baik ini menunjukkan bahwa kita menghargai waktu para kolega dan pada gilirannya mereka pun akan menghargai kita. Pepatah yang tepat untuk diingat, “waktu tidak akan pernah menunggu siapa pun.” Jadi, jangan pernah sekalipun terlambat datang ataupun menyelesaikan tenggat kerja.
3.        Kenakan Busana Kerja yang Pantas
Kebanyakan perusahaan umumnya sudah menetapkan kode berbusana yang wajib dipatuhi. Ada beberapa jenis pekerjaan yang membebaskan karyawannya dalam berpakaian. Tapi tetaplah berbusana yang pantas. Ingat, kantor bukanh ajang pesta tempat orang memamerkan koleksi mahal. Sesuaikan juga dengan acara dan situasi.Jika ada janji bertemu klien, pilih busana formal agar citra perusahaan tetap terjaga.
4.        Selalu Mintalah Ijin saat Meminjam
Sedekat atau seakrab apa pun relasi dengan rekan kerja, tetaplah meminta ijin saat ingin meminjam sesuatu. Perilaku ini menyiratkan kita orang yang menghargai orang lain dengan segala kepemilikannya.
5.        Bertutur Sopan dan Selalu Ucapkan Terima Kasih
Tutur yang santun dan kata-kata manis pasti akan mengakrabkan suasana kerja sekaligus menjaga semangat kerja. Tumbuhkan kebiasaan baik ini dan mulailah dari diri sendiri. Misalnya,  saat berpapasan dengan rekan di lobi, usahakan memberi senyum dan mengangguk sopan meskinpun yang bersangkutan bukanlah teman akrab. Kesantunan mewakili sikap Anda yang menghargai keberadaan mereka. Bahasa yang digunakan saat berinteraksi dengan orang lain juga berpengaruh terhadap relasi pribadi. Kata-kata kasar dan tak senonoh jelas akan melukai. Hindari pula beragam sindiran maupun lelucon yang tidak pada tempatnya.
6.        Jangan Menyela Pembicaraan
Melakukan kebiasaan ini hanya akan menunjukkan keegoisan Anda untuk menunjukkan pada dunia bahwa waktu dan pendapat Anda lebih penting ketimbang orang lain. Catat, tak ada rekan kerja yang bisa menerima sikap egois. Kalau rekan kerja atau bawahan sedang menerima telepon atau tengah berbincang dengan orang lain, sementara Anda ingin bertanya mengenai sesuatu, semendesak apa pun, jangan pernah menginterupsi pembicaraannya. Tunggulah sejenak sampai usai bicara. Atau berilah kode memintanya segera menemui Anda begitu pembicaraannya selesai.
7.        Pelankan Suara
Di kantor yang mayoritas ruang karyawannya tak berpintu, hal yang paling sering dikeluhkan adalah kebisingan orang-orang di ingkungan kerjanya. Jadi, menjaga ketenangan haruslah menjadi prioritas karyawan. Saat bicara dengan rekan kerja ataupun di telepon, tak perlu berteriak atau bersuara keras. Terutama bila Anda melakukan pembicaran pribadi. Begitu juga saat melakukan penilaian kinerja yang memang membutuhkan waktu bicara agak lama. Menunjukkan sikap tak patut atau berkata dengan nada tinggi cenderung membuat orang terpancing marah. Jangan salahkan bila orang yang bukan menjadi lawan bicara pun akan menyimpan perasaan tidak suka dan tidak nyaman berdekatan dengan Anda.
8.        Kontrol Telepon Selular
Pastikan suara ponsel tak mengganggu orang lain. Sebaiknya selama jam kerja matikan nada dering, cukup gunakan fitur getar saja. Seyogianya hindari pula bolak-balik menelepon terkait urusan pribadi selama jam kerja, apalagi bila ada tugas penting yang harus diselesaikan. Lagi pula, buat apa membiarkan semua rekan kerja tahu kehidupan pribadi. Misalnya saat tengah bertengkar dengan suami. Saat menerima telepon di HP, alangkah baiknya bila segera menuju koridor atau mencari ruang tersendiri yang memiliki pintu hingga Anda bisa melanjutkan pembicaraan secara lebih pribadi tanpa mengusik ketenangan kerja orang lain.
9.        Hargai Privasi Orang Lain
Meskipun kesempatan ada di depan mata, jangan pernah membaca fax, e-mail, surat ataupun layar komputer siapa saja. Ingatlah juga saat hendak mengirim e-mail, pastikan Anda tidak menulis sesuatu yang kira-kira akan meledak jadi masalah besar jika di-forward ke sana kemari. Jangan salah, dalam dunia maya, siapa pun dapat mem-forward e-mail yang diterimanya. Kita harus mewaspadai hal ini. Jika seorang rekan kerja menutup pintu ruang kerjanya, janganlah mengganggu sekalipun dia kelihatannya tidak sedang sibuk. Sebaliknya, kalau Anda perlu mendiskusikan sesuatu yang sifatnya sensitif dan rahasia, carilah ruang khusus. Tutup dan kuncilah agar tak ada orang lain yang ikut mendengar percakapan Anda. Hal-hal yang bersifat pribadi dan laporan kinerja karyawan bukanlah konsumsi bagi setiap telinga di tempat kerja, selain khusus untuk yang bersangkutan.
10.    Jaga Kerapian Area Kerja
Tak sedikit yang mengatakan kalau meja kerja yang bersih mencerminkan pikiran yang bersih dan cara kerja yang sistematis. Jadi kalau tak ingin dianggap sebagai sosok urakan atau pekerja ceroboh, jaga kerapian meja kerja. Kalau Anda ingin menambahkan sentuhan pribadi, letakkan foto diri ataukeluarga maupun pernak-pernik perhiasan kecil seperlunya. Jangan habiskan semua tempat untuk memajang seluruh koleksi pernak pernik pribadi. Selain itu, kalau jenis pekerjaan membuat kita sering dipindahtugaskan, minimalkan keberadaan benda-benda dekoratif agar tak harus kelewat repot setiap kali ditempatkan di pos baru.

C.    Aktivitas Bisnis Internasional – Masalah Budaya
Ketika suatu perusahaan beroperasi diluar pasar domestiknya, ada panduan yang harus ditawarkan kepada para pegawainya, yang harus mencerminkan seberapa sering operasi akan berpengaruh pada ekonomi local dan kebudayaan lokal, apakah praktik asing yang berbeda, misalnya penyebarluasan, pemberian hadiah atau suap, dan reaksi terhadap perubahan stakeholders domestik dan khususnya stakeholders utama, termasuk major customer (pelanggan utama) dan pasar modal. Perusahaan multinasional akan memberiakn pengaruh signifikan terhadap kebudayaan local, sehingga mereka harus berhati-hati agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap pasar tenaga kerja (tarif upah, ketersediaan tenaga kerja), bagan mentah dan input lainnya, politik dan proses legal, dan religius/kepercayaan dan adat istiadat. Bila mereka mengabaikan kepercayaan dan adapt istiadat setempat, maka perusahaan dan para pekerjanya akan dituduh/disalahkan terhadap cultural imperialism dan akan mengalami kesulitan dalam menentukan aktivitasnya di masa depan.

D.    Akuntabilitas Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
·      Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan.
·      Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
·      Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.
Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian.
·      Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
1.  Menentukan biaya dan manfaat sosial
Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik.
2.  Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaat.
Saat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi.
3.  Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

E.    Manajemen Krisis
Manajemen krisis merupakan suatu manajemen pengelolaan, penanggulangan atau pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan.
K. Fearn-Banks mendefinisikan krisis sebagai “Suatu kejadian penting dengan hasil akhir cenderung negatif yang berdampak baik terhadap sebuah organisasi, perusahaan atau industri, maupun terhadap publik, produk, servis atau reputasinya”.
Shrivastava & Mitroff mendefinisikan krisis perusahaan sebagai “peristiwa yang mengancam tujuan terpenting untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan”. Krisis, menurut mereka diasosiasikan dengan kerusakan yang berskala luas terhadap kehidupan manusia, lingkungan alam dan institusi sosial dan politik.
Pauchant & Mitroff mengatakan bahwa krisis merupakan “sebuah gangguan yang secara fisik memberikan dampak pada suatu sistem sebagai suatu kesatuan serta mengancam asumsi dasarnya, kesadaran subjektif akan dirinya serta pusat keberadaannya”. Menurut mereka, krisis biasanya memiliki tiga dampak, yaitu ancaman terhadap legitimasi organisasi, adanya perlawanan terhadap misi organisasi serta terganggunya cara orang melihat dan menilai organisasi.






Sumber :
·                http://sarahocta.blogspot.com/2010/01/tugas-etika-bisnis-dan-profesi-isu.html
·                http://threspuspa.wordpress.com/2013/03/02/13-etika-di-tempat-kerja/
·                http://lovelycimutz.wordpress.com/2012/10/28/isu-etika-signifikan-dalam-dunia-bisnis-dan-profesi/
·                http://disfianoni.blogspot.com/2011/01/akuntabilitas-sosial.html

·                https://belajarkomunikasi.wordpress.com/2008/11/09/manajemen-isu-krisis-konflik-minggu-ke-2/

Tidak ada komentar: